Seni Sastra Tana Samawa

Kapan bahasa Sumbawa mulai dipergunakan oleh penduduk asli dijaman purba, tidak seorangpun yang dapat mengetahuinya. Data-data sejarah mengenai hal itu tidak pernah dijumpai.

Lawas yang berinduk pada bahasa Sumbawa tak dapat diduga kapan mulai pertumbuhannya dikalangan masyarakat. Yang jelas ketika penduduk Sumbawa hidup dalam lingkungan masyarakat yang masih primitif, disaat itulah bahasa Sumbawa awal mulanya tumbuh setelah melalui bermacam-macam  proses dan perbauran kebudayaan aneka suku yang menghuni tanah Sumbawa.

Kehadiran dalam kehidupan kultur manusia mula pertama berperan sebagai alat ekspresi suasana batin manusia dan sebagai alat perekam peristiwa yang terjadi di seputar kita. Jika suasana batin manusia primitif  diliputi haru, sendu, gundah-gulana karena musibah atau datangnya marabahaya yang mengancam hidupnya, maka untuk menanggulangi itu dijalin dan dicurahkan perasaannya dalam bentuk kata-kata bertuah/mantera untuk mengusir marabahaya itu. Mereka memberi jampi kepada senjata-senjata yang mengawal hidupnya atau menyampaikan pesan lewat lagu-lagu dalam upacara pemujaan agar yang gaib dapat mengusir unsur-unsur yang menimbulkan marabahaya. Sepertinya inilah peran lawas pada mulanya. Contoh mantera Sumbawa untuk menentang kekejaman alam.

 

Genia genkum genia genkum

Oo binatang putih jalu,

Mana ular, lipan, teledu

Lamin ngaluit mu rengkam

Terjemahan :

Genia genkum genia genkum

Wahai hewan putih Taring,

 Biar ular, lipan, kalajengking

Jika bergerak maut mencekam


Lawas yang kita kenal sejak dahulu hingga sekarang ini tidak dimiliki oleh perorangan tetapi merupakan milik bersama turun-temurun. Ahli lawas menurunkan kepada anak cucunya secara lisan. Lawas itu tidak ditulis dalam buku khusus. Kalaupun dulu kita kenal Bumung (lembaran daun lontar tertulis disimpan dalam tabung bambu) kebanyakan isinya, lawas tutir (cerita), silsilah dan sejarah pahlawan sakti yang ditulis dengan satera jontal (tulisan lontar) mirip dengan aksara suku Bugis/Makasar. Aksara jontal ini merupakan huruf khas suku Sumbawa yang pada zaman mutakhir ini hampir sirna.

Lawas ialah ciptaan manusia yang dilahirkan  dan dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan yang menimbulkan rasa keindahan dan keharuan dalam lubuk jiwa manusia. Lawas (puisi lisan tradisional) yang merupakan cermin jiwa anak-anak, getar sukma muda-mudi dan orang tua. Pembagian lawas itu pada umumnya terdiri dari :

1. Lawas Tau Ode (Anak-anak)

Lawas  tau ode mengedepankan tentang dunia anak-anak yang penuh kocak. Mengumandangkan lawas itu tergantung pada waktu lawas itu ditembangkan. Ulan atau langgan lawas itu terbagi atas tiga bagian. Kalau ditembangkan pada pagi hari dikenal dengan ulan siyep (pagi hari). Kalau dikumandangkan saat triknya matahari dikenal dengan ulan panas ano. Senja hari dikenal dengan ulan rawi ano.  Berikut ini beberapa contoh sebait lawas anak-anak

Ma tunung adi ma tunung

Meleng tunung kubeang me

Jangan jadi kembo kopang

Terjemahan :

Mari tidur adik marilah tidur

Bangun tidur kuberi nasi

Campur susu kerbau yang sehat

2. Lawas Muda-Mudi (Taruna Dadara)

Lawas muda-mudi (taruna dadara) yang itinya berkisar sekitar perkenalan, percintaan, berkasih-kasihan, perpisahan beriba hati. Bila bertemu antara jejaka da gading ketika menanam atau di saat memotong padi di sawah, dikala menonton keramaian kerapan kerbau atau permainan barempuk, diantaranya terjadi terjadi pertautan batin, tapi mereka belum berkenalan masih dalam fase memendam perasaan, maka terjadilah suatu kelumrahan seperti tercermin pada lawas berikut ini :

Ajan sumpama kulalo

Kutarepa bale andi

Beleng ke rua e nanta

Terjemahan :  

Seandainya aku bertandang

Mampir di rumah adinda

Adakah gerangan belas kasihan ?

3. Lawas Tau Loka (Orang Tua)

Lawas tau loka (orang tua) berintikan nasihat, agama dan filsafat. Lawas orang tua bersifat didaktis berisi pelajaran dan sebagian lagi berintikan agama. Berikut ini beberapa contoh sebait lawas tau loka

Pati pelajar we ate

Namu pina boat lenge

Pola tu leng desa tau

Terjemahan :

Patuhi ajaran duhai sukma

Jangan tunaikan laku buruk

Tahu diri dirantau orang


Sumber: Disporabudpar Kab. Sumbawa 2013